Kenapa Wagyu Mahal? Daging Sapi Khas Jepang
Wagyu jadi salah satu daging paling mahal di dunia, diproduksi di Jepang dan dihargai untuk elemen marbling yang indah dan tekstur lembut. Daging wagyu kelas atas bisa dihargai 200 dolar Amerika atau sekitar Rp 300.000 per setengah kilogram. Namun apa sebenarnya yang membuat daging wagyu begitu mahal?
Dilansir dari Business Insider, cara pemeliharaan sapi yang dilakukan para peternak lah yang membuat harga wagyu begitu mahal. Istilah wagyu bisa diartikan sebagai ‘daging sapi Jepang’. Wagyu dihasilkan dari empat jenis sapi utama di Jepang yaitu Japanese Black, Japanese Polled, Japanese Brown, dan Japanese Shorthorn, atau jenis campuran dari keempat jenis tadi. Sapi ini dibesarkan untuk ketahanan fisik, membuat daging mereka memiliki lebih banyak jaringan lemak di dalam serabut-serabut otot (intramuscular fat cells). Jaringan lemak tersebut disebut sebagai marbling. Lemak ini kemudian didistribusikan secara merata di seluruh jaringan otot mereka, yang membuat daging wagyu terlihat berwarna merah muda dan terasa begitu lembut.
Pemerintah Jepang mengatur secara ketat produksi wagyu untuk melindungi nilai dan kualitasnya. Wagyu biasanya dinilai melalui dua faktor utama yakni berapa banyak daging yang bisa diambil dari sapi tersebut dan kualitas marbling pada daging. Hanya wagyu dengan sertifikasi A3 hingga A5 yang bisa diperjual belikan di Jepang. Semakin tinggi sertifikasi daging wagyu, maka akan semakin mahal harganya. Oleh karena itulah wagyu mendapatkan status legendaris yang akhirnya menimbulkan berbagai macam mitos tentang bagaimana cara perawatan sapi penghasil wagyu tersebut. Dilansir dari Metro, sapi penghasil wagyu di Jepang harus dirawat dan diberi makan sesuai dengan ketentuan yang ketat agar bisa terkualifikasi sebagai daging wagyu.
Sapi dewasa dan yang sedang hamil dipelihara untuk diperah susunya. Sementara anak sapi diberi makan dengan cara khusus dengan makanan yang juga spesial untuk memastikan dagingnya akan memiliki elemen marbling yang cukup banyak. Anak sapi penghasil wagyu diberi makan berupa pengganti susu langsung menggunakan tangan peternak. Mereka bahkan mendapatkan jaket untuk dipakai ketika udara dingin. Mereka tetap berada di peternakan sampai berusia sekitar 7-10 bulan sebelum dikirim ke pelelangan untuk kemudian dijual ke peternakan khusus untuk proses penggemukan. Di peternakan tersebut, anak sapi penghasil wagyu dibesarkan di lumbung dan diberi nama, bukannya ditandai nomor belaka. Mereka pun diberikan diet yang ketat dengan makanan berupa rice straw, bagian vegetatif dari padi yang mengandung konsentrat tinggi. Ada juga yang mencampurkan pakan sapi dengan campuran serat berupa beras, gandum, dan jerami. Mereka akan dibesarkan hingga mencapai berat sekitar 700 kilogram yang akan memakan waktu sekitar tiga tahun atau hingga binatang tersebut memiliki sekitar 50 persen lemak. Masa tersebut termasuk lama, pasalnya untuk sapi biasa proses yang sama hanya membutuhkan waktu sekitar 15 bulan saja. Setiap sapi juga punya akta kelahiran yang akan mengidentifikasi jalur keturunan mereka. Jadi setiap potongan steak wagyu Jepang bisa dilacak kembali ke peternakan mereka.
Source: kompas.com